Bertaut

sumber: Pinterest/lukisan Basoeki Abdullah

Judulnya memang seperti lagu. Sengaja. Karena terinspirasi dari sana. Lirik pertamanya: Bun, hidup berjalan seperti BAJINGAN (Teriakan dengan keras teman-teman hahaha). 

Sebenarnya, celoteh ini iseng saja. Dibuat dengan hati ikhlas dan maaf. Ikhlas karena telah dilahirkan di dunia. Maaf karena tak bisa menjadi anak yang diharapkan. Ya, tulisan ini untuk Ibu. Dari anak yang kini mendaki usia dewasa. 

Ah, dewasa. Tau apa kita. Pengalamanku mungkin tak seberapa. Dibanding dirinya yang berhasil menahan pahitnya dunia. 
----
Bu, ajari aku caranya bertahan tanpa mengeluh. Sekarang aku paham, mengapa semua sepakat bersorak sorai untukmu. 'Selamat Hari Ibu'. Sebab memang begitu pantasnya, ucapan selamat untuk malaikat tak bersayap.

Namun, maaf. Anakmu ini tak begitu hangat. Gengsinya terlalu pekat. Bukan karena tak mau, hanya saja malu tuk berucap. 

Bukankah kita sama-sama sadar? Jarak kita terlampau jauh. Waktu emas itu terlanjur lewat. Maaf Bu, dulu aku sempat membencimu.

Gadis kecil yang tak tahu beratnya hidup itu hanya bisa merengek. Memintamu untuk selalu di rumah. Bermain bersama dengan boneka bentuk kasihmu. Dulu ia sungguh egois. Memintamu hadir pada setiap lomba yang diikutinya. 

Betapa dulu aku iri. Melihat mereka yang dirias ibunya, yang disuapi dengan bekal masakan ibunya, yang di peluk ibunya karena memperoleh piala, yang digandeng tangannya saat pulang dan pergi bertamasya. 

Tapi aku tahu, bukan karena engkau tidak mau. Di balik kecupan subuh mu sebelum beranjak pergi bekerja, tentu ada rasa iba mu padaku. Dalam diam itu juga, aku menangis tersedu melihat kepergian mu. Tak apa, kau telah mengajariku untuk mandiri. Meski kohesi taruhannya.

Walau sempat aku berpikir, aku tak meminta untuk dilahirkan. Mungkin baktiku sudah seperti Malin Kundang yang durhaka di zamannya. Padahal kau telah berjuang, menyambutku datang ke dunia. Maaf Bu, sekali lagi maaf.

Ini tentu juga berat untukmu. Padahal aku tak tahu, bagaimana kehidupan masa lalumu. Aku terlalu jahat menghakimi proses belajarmu. Berperan jadi ibu yang menopang beban sendirian. Yang diam-diam menangis di sepertiga malam.

Bu, aku tak sengaja melihatnya. Tapi dibalik tangisan itu, kau masih mendoakanku. Sungguh, tulus nian hatimu. Dan maaf, karena aku tak sesuai harapanmu.

Jangan menangis Bu. Jangan menangis. Aku di sini. Melihat kuat dan tegarnya dirimu. Andai aku bisa memelukmu seperti mereka yang dekat satu sama lain. Andai kita bisa bercakap-cakap secara terbuka. Andai kita bisa meruntuhkan tembok masa lalu itu. Tapi tak apa, kini dewasa ku sadar. Kita sedang sama-sama menantang dunia. Dengan sifat keras kepala yang sama. Dengan sikap arogan yang sama. 

Aku mencintaimu Bu, terimakasih telah menerima ku apa adanya.

Komentar

  1. Terima kasih ibu pada anakntak bisa hanya diucap dwngan kata namun hadirnya doa tak pernah putus meminta pada Rabb Nya.Meski hadir fisik serta pelikan jarangbdi dapat kan anak ku.Namun kasih dan pemberontak kan mu .Mebbuat semakin yalin lamu jadibyang hebat

    BalasHapus

Posting Komentar