Patah-patah Pulih

sumber: Pinterest

👸: Puan, aku patah.
👩: Lagi?
👸: Lagi. Tapi tak hancur.
👩: Syukur...
👸: Hanya saja, lukanya semakin bengang.
👩: Tak apa. Ambil jeda untuk pulih.
👸: Harusnya aku tak terbang kan?
👩: Salah, aku bangga denganmu, Non. Kau telah melewati satu langkah dari trauma mu.
👸: Tapi itu telah menjadi trauma kembali.
👩: Memang begitu Non. Untuk sembuh, kau harus menghadapinya lagi dan lagi.
👸: Ini terlalu berat. Aku tak mau melakukannya lagi. Perkara hati ini sungguh melelahkan.
👩: Benar. Tapi kau harus. Sampai terbiasa. Alih-alih mencari kebahagiaan, kau juga harus siap terluka.
👸: Kau benar. 
👩: Kau pasti kuat Non.
👸: Tapi akhir-akhir ini aku banyak menipu. Sudut senyumku begitu palsu. Aku rindu Non.
👩: Rindu kepada?
👸: Pada diriku yang dulu.
👩: Semua itu tergantung padamu.
👸: Sejujurnya, ada lagi.
👩: Siapa?
👸: Dia, sosok yg pernah ku harapkan.
👩: Ah, kau tak seharusnya berharap pada manusia.
👸: Aku tahu. Tp seseorang pernah bilang, semua itu tak butuh logika. Sungguh hebat mereka yang masih berpikir. 
👩: Sejujurnya, saat kau memutuskan untuk berhenti. Bukankah kau sudah pertimbangkan?
👸: Ya. Betapa bodohnya. Aku bilang melepaskan tanpa pernah menggenggam. Aku sudah menyerah duluan.
👩: Tidak. Ku rasa, kau hebat. Bukankah kau pernah bilang, sepertinya itu bukan suka. Tapi lebih kepada ambisi untuk mendapatkan.
👸: Benar. Tapi bohong jika aku tidak tertarik. Bohon jika aku berucap: tak butuh. Bohong jika aku bisa melaluinya sendiri. Betapa, aku merindukannya. Padahal momen kami tak terlalu banyak.
👩: Tapi saat itu, setiap waktu bersamanya adalah hal yang berharga bukan?
👸: Ya. Dan aku masih mengingatnya.
👩: Sabar... Katanya, waktu akan segera sembuhkan.
👸: Ya... Mungkin.
👩: Apa yang kau inginkan saat ini?
👸: Pulih dan tak kembali.
👩: Semoga :)

Komentar