Ruang Monokrom

sumber: pinterest

👩‍🌾: Nona, aku membenci mereka
👸: Siapa?
👩‍🌾: Semua, yang membuka pintu tersembunyi dalam diriku. Pintu yang bergembok, dikelilingi tumbuhan liar. Tak pernah seorang pun mengetuknya. Bahkan diriku pun abai terhadapnya. 
👸: Memang ada apa dengan pintu itu?
👩‍🌾: Pintu itu seharusnya dapat membantuku. Tapi selama ini, aku menguncinya dengan rapat. Kemandirian adalah bibit yang kupupuk sejak lahir.
👸: Lalu, kenapa pintu itu tak boleh dibuka?
👩‍🌾: Jangan. Seharusnya jangan. Tapi kenapa banyak orang ingin membukanya. Hati sekeras dan sedingin es itu akan leleh. Jika pintu terbuka, kehangatan akan menyebar. 
👸: Apakah sekarang kehangatan itu sudah menyebar?
👩‍🌾: Berita buruknya. Iya. Semakin larut. Tanpa aku tahu, rasanya pun semakin mengering. Bibit kemandirian itu berubah jadi akar gantung. Akan selalu haus mencari air. 
👸: Lalu, apa yang terjadi?
👩‍🌾: Hati dalam ruang yang kukunci rapat itu telah terbuka bengang. Setelah akar ku berubah, ruangku jadi kekeringan. Naasnya lagi, kehangatan itu ikut hilang.
👸: Bagaimana bisa ikut hilang?
👩‍🌾: Mereka yang membuka pintuku, yang memberi kehangatan sedikit demi sedikit adalah orang-orang tak bertanggung jawab. Sesekali datang, sesekali pergi. Dan ruang itu semakin kosong. Mungkin mereka pikir, ruang itu tak menarik lagi.
👸: Hmm menurutku puan, bukan mereka yang ringan tangan membuka gembokmu. Bukankah itu atas izin mu? Apakah mereka memaksamu.
👩‍🌾: Kau benar. Aku mengizinkannya dengan perlahan. Tapi aku menyesalinya. Seharusnya aku bahkan melarang mereka menyentuhnya.
👸: Tak bisa puan, yang terkunci tidak akan selamanya jadi misteri. Mereka yang penasaran akan selalu mencari.
👩‍🌾: Tapi mereka lancang memasukinya, menambahkan banyak ornamen, lalu tiba-tiba tak tertarik lagi.
👸: Memang begitulah manusia, cepat bosan. Tapi apakah kau pernah mengetuk pintu mereka?
👩‍🌾: Jarang. Aku pikir bongkahan es dingin dalam ruanganku masih ada. 
👸: Sebab itu kau hilang rasa empati?
👩‍🌾: Bisa jadi.
👸: Oh puan ku yang malang. 
👩‍🌾: Tidak nona, jangan dengan kata-kata itu. Aku benci.
👸: Baiklah, tapi seharusnya kau menghargai mereka. 
👩‍🌾: Kenapa sosok berhati dingin dipandang salah. Jika ada sedih dan marah kenapa kita tak boleh melakukannya?
👸: Kata siapa?
👩‍🌾: Dunia yang menuntut kita untuk kuat. 
👸: Agar kau bertahan puan.
👩‍🌾: Tapi aku tak memintanya, aku tak meminta menjadi antagonis. Kenapa harus dibedakan. Kenapa tak bisa ditoleransi semuanya.
👸: Kau terlalu marah. Itulah warna-warni hidup.
👩‍🌾: Ya. Sayangnya ada warna yang paling disukai, dan ada pula yang dibenci.
👸: Ya. Dan kau membenci ragam warna.
👩‍🌾: Benar. Seharusnya aku buta.

Komentar