Proses Alam

Sumber foto: Dok. Aisyah Amira W

👧: Nona, aku tak tau semua ini berawal dari mana. Jika saja aku adalah benih yang dapat bicara, aku ingin katakan: Jangan tanam aku.
👸: Kenapa? Bukankah saat itu kau membayangkan sebuah pohon yang berbuah dan berbunga indah?
👧: Benar. naasnya, aku lupa. Tiada yang mengingatkan ku bahwa aku bisa layu, roboh karena badai, atau tumbang karena ulah manusia yang tak bertanggung jawab. Tapi, aku tak tahu, mana bagian dari diriku yang salah? Akarku yang tak cukup kuat? Bungaku yang tak cukup indah? Daunku yang cepat layu? Ranting ku yang teramat lemah? atau buah ku yang tak cukup panen? Semuanya terasa salah, dan aku tak tahu dari mana semua bermula.
👸: Bukankah kau hanya tak tahu letak masalahnya? Lalu semuanya kau bawa-bawa. Atau kau menggeneralisir agar nampak menyedihkan.
👧: Oh Nona, kau menuduhku? Atau menamparku?
👸: Maaf jika kau tersinggung. Aku hanya mnegasihanimu. Tentang kau yang tak sadar akan kokohnya akar dan rantingmu, tentang indahnya bunga milikmu, tentang manisnya buah yang kau hasilkan, tentang hijaunya daun yang memberikan kami kehidupan. Semua itu, kau tak menyadarinya.
👧: Kau membual untuk menyakitiku atau sok berkata tulus padaku? Karena pada kenyataannya, aku tak melihat itu semua.
👸: Sebab kau terlalu terburu-buru, Puan. Kau tak sabar saat melihat pohon lainnya tumbuh dengan baik. Aku semakin sedih saat melihatmu memaksakan diri.
👧: Tidak. Aku justru bangga dengan itu, Lebih baik terlihat berusaha keras. Dibanding diam tanpa arti.
👸: Tapi, kau sama sekali tak menghargainya. Kau hanya terus bergerak tanpa menyayangi dirimu. Seolah ia adalah orang lain yang harus dikasari dan dilecuti.
👧; Karena aku benar-benar merasa 'tinggal'. Aku khawatir batangku tak bisa menjulang tinggi, aku khawatir sebab daunku terus menguning, aku khawatir sebab bungaku tak tumbuh lebat, aku khawatir sebab rantingku selalu patah, aku khawatir sebab buahku sering tak masak, aku khawatir jika akarku, benar-benar tak cukup kuat. 
👸: Jangan risau. Percaya saja pada prosesnya. Bukankah perjalanan alam selalu dianggap wajar. Ketika musim panas tiba, pohon terlihat kering dan gersang. Kemudian musim semi datang, menjadi hal yang sangat dinanti-nanti. Membuat orang berdebar. Dan jika tiba waktunya, semua orang keluar rumah tak sabaran. Senang melihat pohon-pohon mekar dengan indahnya. Mereka pun butuh proses, ada pohon yang tak tumbuh bunga sebelumnya. tapi esoknya, sekelompak bunga berwarna kuning memenuhi rantingnya. Dan yan perlu kau tahu, bahkan tak semua pohon berbuah atau berbunga. Tiap dari mereka kelebihan dan keunikan yang berbeda. 
👧: Ya. Tentu mereka tak sama.
👸: Naasnya lagi Puan, musim semi tak datang selamanya. Setelah itu terjadi, musim gugur tiba dengan sendirinya. Menjemput semi, dan menggantikannya untuk sementara. Tapi apakah orang-orang yang senang sebelumnya menganggap itu adalah petaka? Tidak, mereka tetap percaya bahwa pohon tersebut akan tumbuh lagi. Bahkan mungkin jauh lebih cantik dari sebelumnya. Begitulah siklus alam. Jadi, tak perlu risau dengan masa depan. Sekarang, fokus saja benahi akarmu. Minum air yang banyak, ambil cukup cahaya matahari untuk daunmu, siapkan bakal buah untuk bungamu, biarkan ranting-ranting itu menopang burung-burung yang bertengger. Agar lebih kuat rantingmu, meski berjatuhan berkali-kali. Jika buah tumbuh dengan rasa yang sangat nikmat, itu merupakan hadiah yang harus selalu kau syukuri.
👧: Nona... kau... begitu tak tertebak. Terima kasih. Terimakasih karena selalu mendukungku.
👸: Aku harap kau diberi kekuatan saat badai menerjang. Karena tugasmu saat itu, hanya untuk bertahan.

Komentar